Latest News

Batu Dinding

Daerah Batu Dinding ini dinamakan demikian, karena disitu terdapat sebuah batu yang cukup besar,dan tinggi menempel di bibir pantai, membentuk seperti dinding.
Hingga sekarang batu tersebut masih ada. Batu ini memang relatif tidak tampak kalau dilihat dari daratan atau dari arah pantai, tetapi sangat jelas kalau dilihat dari arah laut (Teluk Kelabat) atau Pulau Pune

Saking besarnya batu tersebut, maka para nelayan menjadikan batu dinding ini sebagai patokan apabila hendak mendarat ke pantai, karena di dekat situ terdapat pangkalan perahu para nelayan, biasanya nelayan-yang menggunakan pangkalan perahu ini, nelayan yang berasal dari kampung Padanglalang atau lingkungan situ.

Sekitar batu dinding ini dulunya dijadikan sebagai tempat pembuangan abu arang “setengkol” (batubara), bekas sisa pembakaran batubara dari PLTU Mantung. Pekerjaan yang paling kasar dan profesi yang rendah dalam struktur kepegawiaan PLTU Mantung adalah petugas pembuang abu arang stengkol ini. Lingkungan kerja sangat kotor, hingga pakaianpun hitam, dan menggunakan banyak tenaga. Abu sisa pembakaran Arang Setengkol di dapur turbin (kadang masih panas) dimasukkan ke dalam lori bak segitiga, kemudian didorong diatas rel, menuju “disposal yard” di Batu dinding untuk dibuang.

Lori, dengan bak segitiga (agar muatan mudah ditumpahkan), digunakan untuk membuang abu sisa pembakaran Batubara (arang stengkol) dari PLTU Mantung ke disposal yard di Batu Dinding

Dulunya daerah Batu Dinding ini merupakan daerah yang sepi, dan banyak pohon-pohon besar dan dianggap banyak mahluk halus (“angker” dalam bahasa Belinyu), namun saat ini mahluk halusnya mungkin sudah pergi karena takut dengan mahluk kasar alias manusia. Sekarang daerah dilingkungan Batu Dinding sudah banyak dijadikan kebun atau pemukiman. Demikianlah sejarah Batu Dinding.

Link; http://kotabelinyu.blogspot.com/2008/07/batu-dinding.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *